Pendidikan Agama Islam (PAI) SMK
MODEL PEMBELAJARAN (65 MODEL)
MODEL PEMBELAJARAN (65 MODEL)
METODE
PEMBELAJARAN (31 METODE)
Pembelajaran dengan model koperatif sama dengan dasar manusia sebagai
makhluk Tuhan dan mahluk sosial yang sangat penuh ketergantungan hidup dengan orang lain, mempunyai banyak tujuan
dan tanggung jawab bersama dalam hidupnya, pembagian tugas-tugas, dan rasa senasib sepenanggungan. Dengan
memanfaatkan seperti kenyatan itu, belajar berkelompok atau secara koperatif, dimana siswa dilatih
dan dibiasakannya untuk agar saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman hidup, tugas-tugas,
tanggung jawabnya. Saling membantu dan berlatih atau beinteraksi-komunikasi dan sosialisasi,
karena sikap koperatif adalah miniature dari kehidupan bermasyarakat, dan mempelajari
menyadari kekurangan hidup dan kelebihan hidup masing-masing.
Jadi
model pembelajaran koperatif ini adalah kegiatan
pembelajaran di kelas dengan cara berkelompok untuk bekerja sama dan
saling membantu
membangun konsep, menyelesaikan persoalan, atau model inkuiri. Menurut
aturan dan
pengalaman agar kelompok bersifat kohesif (kompak-partisipatif), tiap
anggota kelompok
terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter),
ada kontrol dan fasilitasi, dan harus meminta tanggung jawaban hasil
kelompok berupa
laporan atau presentasi siswa.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi,
pengarahan serta strategi, membentuk kelompok heterogen yang berbeda, kerja kelompok, presentasi
hasil kelompok, dan pelaporan.
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai
dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait
dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa
manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran
siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan.
Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan
mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan
sosialisasi.
Ada tujuh indikator pembelajaran kontekstual sehingga bisa
dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi,
penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh),
questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan,
evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa
partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on,
mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis,
konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman
sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu,
rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan
sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian
portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan
berbagai cara).
3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh
Freud di Belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi
konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal
(tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam
menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik
melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas
(kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks
melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi
antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan
bimbingan (dari guru dalam penemuan).
4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang
menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan
cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi
dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara
ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based
Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model
pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa,
untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus
dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana
nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif,
elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi,
eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
6. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan
yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving
adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau
algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di
atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang
disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan
akhirnya menemukan solusi.
7. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu
pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah
menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah:
pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi
tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya
pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara
(flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency).
Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas,
kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan
sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara,
atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa
beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai
jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan
proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan,
keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara
matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai
dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana
bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian
pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan,
membuat kesimpulan.
9. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara
guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali
sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan
pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa
mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian
pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan
dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus
berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran,
setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan
terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi
tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah,
suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga
suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban
siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar,
ia telah berpartisipasi
10. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara
bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric),
dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan
prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative
pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11. Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar,
mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mengemukan
bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya,
representasi, hipotesis.
Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999)
mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan,
berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.
12. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa
belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah
SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh
(hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan;
Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan,
menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan
menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata
melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media
dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah
menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi
pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki,
mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan
menerapkan.
13. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa
heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh
tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.
Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan
(games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan
ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok
sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam
beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang
pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan
informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan
untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh
siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X
ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk
pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.
c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa
mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari
satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen
untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja
turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar)
superior, very good, good, medium.
d. Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen
ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen
sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen
yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan
gelar yang sama.
e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal
dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
14. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan
efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain
manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih,
mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan
somatic ekuivalen dengan kinesthetic.
15. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya
hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan,
pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
16. TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan
Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980)
tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun
pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa
adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.
Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat
kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar
kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual,
saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan
kelompok dan refleksi serta tes formatif.
17. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan
sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan
belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa
atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.
18. NHT (Numbered Head Together)
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif
dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki
nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama
tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan
nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi
kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa,
umumkan hasil kuis dan beri reward.
19. Jigsaw
Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran koperatif
dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat
kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian
sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas
membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli
sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi,
kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota
kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
20. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan
sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan
siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs),
presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap
siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
21. GI (Group Investigation)
Model koperatif tipe GI dengan sintaks: Pengarahan, buat
kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi,
tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur
tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis
dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah),
pengolahan data penyajian data hasil investigasi, presentasi, kuis individual,
buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.
22. MEA (Means-Ends Analysis)
Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran
dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan
pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang
lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadi
koneksivitas, pilih strategi solusi.
23. CPS (Creative Problem Solving)
Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan
pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan
kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari
fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan,
identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul
gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.
24. TTW (Think Talk Write)
Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan
bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya
dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil
presentasi. Sintaknya adalah: informasi, kelompok
(membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.
25. TS-TS (Two Stay – Two Stray)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi
pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja
kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di
kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok,
kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.
26. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)
Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar
konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali,
mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan
menemukan.
27. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat
mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca
bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati
teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat
pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan
ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan
jawaban yang diberikan (catat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau
ulang menyeluruh
28. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)
SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur
Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan
konteks aktual yang relevan.
29. MID (Meaningful Instructionnal Design)
Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan
belajar dan efektifivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara
konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaknya adalah (1) lead-in dengan
melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisis pengalaman, dan
konsep-ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaman belajar; (3)
production melalui ekspresi-apresiasi konsep
30. KUASAI
Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap
berikut ini, Kerangka pikir untuk sukses, Uraikan fakta sesuai dengan gaya
belajar, Ambil pemaknaan (mengetahui-memahami-menggunakan-memaknai), Sertakan
ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya, Ajukan pengujian pemahaman,
dan Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar.
31. CRI (Certainly of Response Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang
berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya
untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002)
mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested
answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost
certain, dn 5 untuk certain.
32. DLPS (Double Loop Problem Solving)
DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan
masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya
masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya
menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap yang menyebabkan
munculnya masalah tersebut.
Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi
tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan
rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesaian masalah sebagai berikut:
menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan
pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasi kausal, implementasi
solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan
implementasi solusi utama.
33. DMR (Diskursus Multy Reprecentacy)
DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan,
penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan
kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengembangan,
penerapan, dan penutup.
34. CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca
dan menulis secara koperatif –kelompok. Sintaksnya adalah: membentuk kelompok
heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi
bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci,
memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya,
presentasi hasil kelompok, refleksi.
35. IOC (Inside Outside Circle)
IOC adalah model pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil
dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi
informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat
dan teratur. Sintaksnya adalah: Separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran
kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke
dalam, siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang
berada di lingkaran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman
(baru) di depannya, dan seterusnya.
36. Tari Bambu
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda
secara teratur. Strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukaran
pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sintaksnya adalah: Sebagian siswa
berdiri berjajar di depan kelas atau di sela bangku-meja dan sebagian siswa
lainnya berdiri berhadapan dengan kelompok siswa pertama, siswa yang berhadapan
berbagi pengalaman dan pengetahuan, siswa yang berdiri di ujung salah satu
jajaran pindah ke ujung lainnya pada jajarannya, dan kembali berbagai
informasi.
37. Artikulasi
Artikulasi adlah model pembelajaran dengan sintaks:
penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku,
salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya
kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing
siswa untuk menyimpulkan.
38. Debate
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa
menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar
untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan
oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya
begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya
biola perlu.
39. Role Playing
Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan
skenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario
tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk
melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa membahas peran
yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan kesimpulan
dan refleksi.
40. Talking Stick
Sintak pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat,
sajian materi pokok, siswa membaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil
tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat
menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru
memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing
kesimpulan-refleksi-evaluasi.
41. Snowball Throwing
Sintaknya adalah: Informasi materi secara umum, membentuk
kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di
kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan
kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan,
refleksi dan evaluasi.
42. Student Facilitator and Explaining
Langkah-langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian
materi, siswa mengembangkannya dan menjelaskan lagi ke siswa lainnya,
kesimpulan dan evaluasi, refleksi.
43. Course Review Horay
Langkah-langkahnya: informasi kompetensi, sajian materi,
tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarang
dan dimasukkan ke dalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak,
siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak
menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore
atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
44. Demostration
Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan
peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah: informasi kompetensi, sajian
gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap
kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya,
dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
45. Explicit Instruction
Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang
sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah:
sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan
prosedural, membimbing pelatihan-penerapan, mengecek pemahaman dan balikan,
penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
46. Scramble
Sintaknya adalah: buatlah kartu soal sesuai marteri bahan
ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan
kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal
dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
47. Pair Checks
Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang
menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban,
bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
48. Make-A Match
Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan-permasalahan dan
kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu
soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok
dengan persoalannya siswa yang benar mendapat nilai-reward, kartu dikumpul lagi
dan dikocok, untuk babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama,
penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
49. Mind Mapping
Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan
awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan
terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif
jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil
setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.
50. Examples Non Examples
Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan
ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai OHP, dengan petunjuk
guru siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi,
presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
51. Picture and Picture
Sajian informasi kompetensi, sajian materi, perlihatkan
gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar
sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru
menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
52. Cooperative Script
Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi
bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil
diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran,
penyimpulan, evaluasi dan refleksi.
53. LAPS-Heuristik
Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan
dalam rangka solusi masalah. LAPS ( Logan Avenue Problem Solving) dengan kata
Tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya,
dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks: pemahaman masalah, rencana,
solusi, dan pengecekan.
54. Improve
Improve singkatan dari Introducing new concept,
Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty,
Obtaining mastery, Verivication, Enrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan
untuk mengantarkan konsep, siswa latihan dan bertanya,
balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.
55. Generatif
Basis generatif adalah konstruksivisme dengan sintaks
orintasi-motivasi, pengungkapan ide-konsep awal, tantangan dan restrukturisasi
sajian konsep, aplikasi, rangkuman, evaluasi, dan refleksi
56. Circuit Learning
Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan
pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Sintaknya adalah
kondisikan situasi belajar kondusif dan fokus, siswa membuat catatan kreatif
sesuai dengan pola pikirnya-peta konsep-bahasa khusus, Tanya jawab dan refleksi
57. Complette Sentence
Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan
sintaks: sisapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap,
sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok,
LKS dibagikan berupa paragraph yang kaliatnya belum lengkap, siswa berkelompok
melengkapi, presentasi.
58. Concept Sentence
Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi,
membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan
ajar, tiap kelompok membuat kalimat berdasarkan kata kunci, presentasi.
59. Time Token
Model ini digunakan (Arebds, 1998) untuk melatih dan mengembangkan
keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama
sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap
siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak
membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon dikembalikan.
60. Take and Give
Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan
sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa – bahan belajar – dan nama
yang diberi, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap
siswa disuruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi
atau pendalaman-perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu,
dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi
61. Superitem
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa
secara bertingkat-bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah.
Sintaksnya adalah ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi, berikan
latihan soal bertingkat, berikan soal tes bentuk super item, yaitu mulai dari
mengolah informasi-koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.
62. Hibrid
Model hibrid adalah gabungan dari beberapa metode yang
berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran
ekspositori, koperatif-inkuiri-solusi-workshop, virtual workshop menggunakan
computer-internet.
63. Treffinger
Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengetahuan
siap. Sintaks: keterbukaan-urutan ide-penguatan, penggunaan ide kreatif-konflik
internal-skill, proses rasa-pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara
mandiri melalui pemanasan-minat-kuriositi-tanya, kelompok-kerjasama,
kebebasan-terbuka, reward.
64. Kumon
Pembelajaran dengan mengaitkan antar konsep, ketrampilan,
kerja individual, dan menjaga suasana nyaman-menyenangkan. Sintaksnya adalah:
sajian konsep, latihan, tiap siswa selesai tugas langsung diperiksa-dinilai,
jika keliru langsung dikembalikan untuk diperbaiki dan diperiksa lagi, lima
kali salah guru membimbing.
65. Quantum
Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik
orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis,
interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua
berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha
siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan AMBak,
alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep,
demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya
jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan
senyum-tawa-ramah-sejuk-nilai-harapan.(muhfida.com)
MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN
MetodolOgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri
dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan
pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah
dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode
mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Beberapa metode mengajar
1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang
pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah
dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur
atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan
menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar
menerimanya.
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak
didik.
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian
kata-kata).
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
2. Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode diskusi
adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah
(problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok
(group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar
untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk
memcahkan masalah bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa
alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang
seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan
dengan berbagai jalan
b. Menyadarkan ank didik bahwa dengan berdiskusi mereka
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang
lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a. tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
3. Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah ( 2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan
bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah
:
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan .
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang
sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih
melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu
proses atu kerja suatu benda.
b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
c. Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat
diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, drngan menghadirkan obyek
sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
a. Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda
yang akan dipertunjukkan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan
c. Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang
kurang menguasai apa yang didemonstrasikan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
4. Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan
lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.Dalam
hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus yaitu :
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah
dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa.
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas (CPDT)
Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan
pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian
mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
Metode ini dalah merupakan kombinasi antara kegiatan
menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan latihan (drill)
5. Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa
diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri
(http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar
sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b. Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan
keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful
Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a. Terkadang anak didik melakukan penipuan dimana anak didik
hanya meniru hasil pekerjaan temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan
sendiri.
b. Terkadang tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa
pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
6. Metode percobaan ( Experimental method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada
anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau
percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)
Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang
menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di
Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan
studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak
didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak
didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang
ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu
cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,
mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari
dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih
dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti
kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif,
maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap
siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi
percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan
siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak
membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus
baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam
mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga
mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa
dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi
petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman
serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh
guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa
dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan
social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu
alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum
ada.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a)
Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami
masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada
siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam
eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen,
hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus
mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang
menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru
harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan
mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara
penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri
sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode
eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses
sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari
kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan
dari proses yang dialaminya itu.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut :
Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih
percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam
membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil
percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan
yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen :
(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan
teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang
tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut
ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu
memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang
berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng
(2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains,
karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat
mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi
kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya,
selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan
keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan
untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya.
Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat
diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar
siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika.
Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan
demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang
diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng
(2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal,
pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau
dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan,
merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk
mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat
merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi
, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan
dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil
percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5)
aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya
diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang
telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu
konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan
membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila
siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam
kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan,
menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok
bahasan .
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode
yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam
prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.
7. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang
dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan
dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh
pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang
memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas
daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap
gerak-gerik anak didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas
kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka
panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu
diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain.
Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk
belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu
dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu
bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini
digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya
wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang
dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat
bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan
yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa
melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya
dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa
mempelajari beberapa mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka
pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a)
Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas,
mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan
dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak,
membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok,
serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan
mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang
telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian
pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi
petunjuk bila perlu, (c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan
diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper
yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya
wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat
lain dan sebagainya.
Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan memiliki
keunggulan sebagai berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam berbagai kegiatan
yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu, serta mengalami
dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh
disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau
ketrampilan mereka, (b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas
secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan
memperdalam dan memperluas pengalaman mereka, (c) dalam kesempatan ini siswa
dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan
segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin mereka menemukan bukti
kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek, (d) Dengan obyek
yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan
pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada
keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini
dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata
biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat
jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti
memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang
daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana pelajaran
yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka
perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu memikirkan
segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut, perlu
dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal yang
berbahaya.
Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata
(field-trip) memiliki keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis, kepada
peserta secara langsung, (b) Memberikan kesempatan untuk melihat kegiatan dan
praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c) Memberikan
kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih berhasil,
(d) membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta ditunjukkan
kepada perkembangan teknologi mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut Suhardjono
(2004:85) adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat
latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan kerja atau
kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya transportasi dan akomodasi mahal.
Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar
siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek
yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya
wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke
suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki
sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada
metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya.
Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu
beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu: (a)
Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan
nyata dalam pengajaran, (b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih
relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran serupa ini
dapat lebih merangsang kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai bahan pelajaran
lebih luas dan aktual.
Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas yang
diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa atau
sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, (c)
memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi
tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya wisata sering
unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang unsure
studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam
perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi
permasalahan.
Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa
(2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta
didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan
merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata
memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikan dapat
segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman
tentang dunia luar.
Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai
metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112)
adalah: (a) Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar
mengajar, (b) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program
sekolah, (c) Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis,
(d) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar
dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya,
karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya
wisata secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,
materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g)
Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah
terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan
terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan
catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang.
8. Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar ,
dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara
membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya
dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari
mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti
menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam
perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan
sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan
kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak
didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari
pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara
berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.
9. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana
pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya
salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap
pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa
yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.
10. Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar
yang dibantu oleh temannya sendiri
11. Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya
diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
12. Metode perancangan ( projeck method )
yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang
suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :
a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit
menjadi lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan
menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan
praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :
a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik
secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan
metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru
belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai
kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang
diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat
mengaburkan pokok unit yang dibahas.
13. Metode Bagian ( Teileren method )
yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan
sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat
lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
14. Metode Global (Ganze method )
yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca
keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau
ambil intisari dari materi tersebut.
15. Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak
digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu
disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam
ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan
sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau
ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak
belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya
sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis
dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan
ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih
dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang
memungkinkan.
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan
sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan,
manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan
yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi
pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut
Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang
unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan
ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk
mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode
discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru
memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara
tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa
discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimil.
(Sumber : https://filediamant.wordpress.com )
Demikian info yang dapat pelangipost.com berikan, semoga ada
manfaatnya untuk kita semua, Untuk info terbaru lainnya, bisa kunjungi laman
DISINI
No comments:
Post a Comment