KOTA TASIKMALAYA
SMK MJPS 1 Tasikmalaya
Pendidikan Agama Islam (PAI) SMK
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul
“Penerapan media video kartun pada pembelajaran PAI berbasis kurikulum 2013”.Pendidikan Agama Islam (PAI) SMK
KATA PENGANTAR
Penulisan karya tulis
ini dalam rangka memenuhi persyaratan lomba Apresiasi Guru PAI SMK melalui
Kreasi Model Pembelajaran Berbasis ICT dengan perspektif kurikulum Tahun 2013.
Penulis berpendapat
bahwa terwujudnya karya tulis ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberi bantuan moral maupun motivasi dalam penyusunan karya tulis ini.
Akhirnya penulis sadar
bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan dari berbagai
pihak demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat dibutuhkan untuk perkembangan tulisan selanjutnya. Semoga
karya tulis ini bermanfaat untuk semua pihak. Amiin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Permasalahan
A. Latar Belakang dan Permasalahan
Permendikbud No.70 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK mengamanatkan agar
berkembangnya paradigma baru dalam pembelajaran yaitu penyempurnaan pola pikir
peserta didik dan penyempurnaan penguatan materi. Penyempurnaan pola fikir tersebut diantaranya
adalah : Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan
terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.
Perubahan paradigma
dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered)
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learner entered) diharapkan
dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam Membangun pengetahuan,
sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa , siswa
memperoleh kesempatan dan fasilitas
untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning) dan
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Kenyataan sebenarnya
tidak seperti yang diharapkan, dimana pada proses pembelajaran masih berlaku
hukum lama dimana yang menjadi pusat pembelajaran masih dipegang oleh guru. Hal
ini tentu sangat disayangkan karena tidak sesuai dengan semangat yang
dituangkan dalam kurikulum 2013.
Paradigma lain adalah
adanya penyempurnaan penguatan materi bagi peserta didik. Penguatan materi
dapat dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi
peserta didik yang dapat dilakukan tidak hanya oleh guru dengan cara
mentransfer pengetahuan, melainkan siswa itu sendiri mencari dan menggali ilmu
pengetahuan tersebut dari berbagai sumber termasuk dari guru.
Akan tetapi keadaan yang
diharapkan tersebut jauh dari kenyataan, masih saja berlaku adat istiadat lama
dimana siswa terus ditransfer ilmu oleh guru tanpa ada usaha untuk mencari
sendiri dari berbagai media yang kemudian dikonfirmasikan kepada guru di kelas.
Untuk menunjang
terlaksananya kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik diperlukan
adanya metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan saintifik, dimana salah
satu metode tersebut adalah pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem
solving based). Sehingga dengan menggunakan metode tersebut siswa tidak hanya
diarahkan hanya menerima ilmu pengetahuan saja melainkan peserta didik,
diarahkan untuk melakukan proses berfikir dan dapat menganalisis serta memecahkan
permasalahan sendiri.
Akan tetapi pada umumnya
masih terjadi pembelajaran satu arah dimana siswa hanya dijadikan objek
pembelajaran. Yang seharusnya siswa mencari tahu dan menggali sendiri materi
tetapi justru siswa hanya ditransfer ilmu pengetahuan oleh gurunya. Dengan
demikian tidaklah menjadikan siswa berkembang dan berfikir lebih mendalam.
Kemampuan menganalisis
bagi siswa sangat ditekankan di era sekarang ini agar kemampuan proses berfikir
lebih meningkat dan mendalam. Dengan menggunakan metode pembelajaran problem
solving diharapkan akan mampu meningkatkan proses berfikir ke arah sana karena
pada proses pembelajaran ini peserta didik diarahkan untuk dapat menganalisa,
mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah sendiri. Walaupun kita
menyadari bahwa arah pembelajaran sebelumnya tidak mengarah ke arah tersebut,
sehingga materi tidak difikirkan secara mendalam yang mengakibatkan hasil
pembelajaran sedikit mubadzir dan tidak membekas.
Pada proses pembelajaran
idealnya adalah menggunakan media ICT yang disesuaikan dengan materi itu
sendiri sehingga peserta didik mempunyai pengalaman baru dalam proses
pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Terlebih dalam materi
larangan pergaulan bebas dan zina, dimana hal ini memerlukan pendalaman materi
dan perluasan wawasan sebagai akibat dari pergaulan bebas dan perbuatan zina,
sehingga para peserta didik tidak akan terjerumus ke dalam pergaulan bebas dan
zina.
Tetapi pada kenyataannya
masih banyak guru yang belum menggunakan ICT sebagai media dalam pembelajaran.
Hal ini disebabkan karena minimnya kesadaran guru dalam menyesuaikan diri
dengan keadaan zaman, dimana mereka masih mengira di zamannyalah segalanya yang
terbaik, padahal tidaklah demikian adanya dimana pada setiap zaman terdapat
metode atau cara mengatasi permasalahannya masing-masing yang tentunya saling
memiliki perbedaan.
B. Strategi Pemecahan
masalah
Dari
permasalahan-permasalahan di atas maka dapat diajukan strategi pemecahan
masalah, dimana dengan strategi ini akan membantu ketercapaian tujuan
pembelajaran yaitu Penggunaan Media Kartun Tiga Dimensi (MUVIZU) dalam Metode
Pembelajaran Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan menganalisis”.
METODE PROBLEM
SOLVING
|
Kemampuan
Menganalisis
|
Prestasi Menganalisis
|
C. Nama Model Kreasi
Pembelajaran
Model Kreasi
Pembelajaran yang saya kembangkan ini diberi nama “MZPS” (MUVIZU IN PROBLEM SOLVING
METHOD) yakni sebuah software atau program yang digunakan pada metode
pembelajaran Problem Solving.
Penulis memilih nama ini
dengan alasan bahwa :
1.
MZPS merupakan kolaborasi antara program muvizu dengan metode pembelajaran
PROBLEM SOLVING.
2.
MZPS dapat menyampaikan pesan dari berbagai segi misalnya dari segi audio,
visual, maupun audio visual.
3.
MZPS dapat membangkitkan peserta didik untuk berfikir lebih mendalam
4.
MZPS ini dapat membangkitkan peserta didik untuk dapat menganalisis
permasalahan
5.
MZPS ini tergolong media yang menarik dimana karakter kartunnya yang lucu,
sehingga tidak akan mudah jenuh jika disajikan.
6.
MZPS ini melatih guru untuk melek ICT dan berkreasi lebih maju
7.
MZPS ini melatih kreatifitas guru untuk menciptakan sebuah cerita yang
sesuai dengan materi pelajaran dan keadaan di jaman sekarang.
D. Tujuan Pembelajaran
Adapun Tujuan Pembelajaran
dengan menggunakan MZPS ini adalah :
1)
Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi
yang relevan dari rekaman kejadian (video) kemudian menganalisisnya dan menemukan pemecahan
masalahnya serta akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2)
Tercapainya kepuasan intelektual
siswa melalui pemecahan masalahnya
3)
Potensi intelektual siswa meningkat.
4)
Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan
dengan melalui proses melakukan penemuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Software atau Program
yang digunakan
Dalam pembelajaran ini
digunakan salah satu software atau program pembuat kartun yaitu software free
yang bernama “MUVIZU”. Sofware ini ada
relevansinya dengan metode pembelajaran yang dikembangkan yaitu metode PROBLEM
SOLVING yaitu metode pembelajaran berbasis masalah yang digambarkan dengan
kartun tersebut.
Dalam menyampaikan pesan
kepada siswa sangatlah mudah karena software ini tidak hanya menggunakan media
audio saja melainkan juga video atau audio visual secara bersamaan.
Melalui software ini
dapat dikembangkan kreatifitas guru untuk membuat materi yang bersifat problem dan
berupa video kasus sebagai bahan kajian dan analisa siswa.
Adapun karakteristik software MUVIZU ini adalah :
1.
Software Mutakhir
Yaitu sebuah software yang dirilis dalam waktu beberapa tahun kebelakang
dan di dunia internet metode software ini tergolong baru dan spektakuler.
2.
Software gratis
Pada dasarnya software ini gratis, adapun dalam keadaan tertentu software
ini berbayar.
3.
Mudah digunakan
Tidak hanya profesional bahkan orang awampun insya Alloh dapat menggunakan
software ini hanya dengan petunjuk yang relatif sederhana dan singkat.
4.
Merupakan kolaborasi antara karakter bawaan dan karakter guru itu sendiri
(misalnya dalam pengisian suara pada kartun)
5.
Dapat terus dikembangkan melalui internet
Software ini berkembang terus dan gratis karena sengaja diperbolehkan untuk
upgrade di internet oleh pemiliknya di luar negeri.
6.
Hasil karya dapat di upload ke youtube (internet)
Hasil karya kartun ini dapat ditampilkan di internet dan ditonton oleh
siapa saja di www.youtube.com
7.
Tidak membosankan
Insya Alloh tidak membosankan karena bisa saja terus berubah baik
ceritanya, karakter kartunnya maupun ide pengisian suaranya.
8.
Sesuai dengan kriteria media pembelajaran
Dalam persyaratan media pembelajaran yang berbasis ICT, MUVIZU ini telah
memenuhi syarat-syarat tersebut misalnya dapat menyimpan, dapat diperbanyak
(copy) dll.
B. Metode Pembelajaran
Problem Solving
Pengertian
Pembelajaran yang
berpusat pada siswa yang menuntut adanya partisifasi aktif siswa banyak sekali
corak dan ragam metodenya. Metode-metode tersebut diantaranya adalah :
1.
berbagi informasi
2.
belajar dari pengalaman (experience Based)
3.
pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving based).
Problem Solving dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Pada problem solving ini
terdapat ciri-ciri sbb :
1. problem solving adalah
rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam penerapan Problem Solving terdapat
kegiatan yang wajib dilakukan siswa. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan,
mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi dengan problem
solving dituntut siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah
data, dan menyimpulkannya.
2. Aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. problem solving menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah
maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan
menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses
berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris
artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas
Langkah-Langkah
Model pada Problem
solving diantaranya adalah model Polya. yaitu :
1.
memahami permasalahan,
2.
menentukan rencana penyelesaian
masalah,
3.
menyelesaikan masalah, dan
4.
memeriksa ulang jawaban yang diperoleh.
Pembelajaran ini diawali
dengan pemberian masalah, kemudian siswa belajar dan latihan memahami, menyusun
strategi dan melaksanakan strategi sampai dengan menyimpulkan. Guru terus
memberikan bimbingan kepada siswa pada setiap langkah problem solving dengan
memberikan pertanyaan yang mengarah pada konsep.
Pelaksanaan di lapangan
sampai saat ini proses pembelajaran yang berpusat pada siswa masih mengalami
banyak kendala. Salah satu kendalanya adalah rendahnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah yang ditandai dengan
1.
rendahnya kemampuan siswa dalam menganalisis masalah
2.
rendahnya kemampuan siswa dalam
merancang rencana penyelesaian masalah, dan
3.
rendahnya kemampuan siswa dalam melaksanakan perhitungan terutama yang
berkaitan dengan materi apersepsi yang mendukung proses pemecahan masalah.
Mengacu pada berbagai
teori diatas maka metode problem solving model Polya sangat tepat untuk
diterapkan sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah.
Manfaat dan Kegunaan
Kegunaan dari pelaksanaan metode problem
solving pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik. metode problem
solving memberikan beberapa manfaat antara lain :
1) Meningkatkan keterampilan
siswa dalam memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara
objektif dan mandiri
2) Meningkatkan daya berpikir para siswa, karena ada anggapan
bahwa kemampuan
berpikir akan lahir bila pengetahuan makin bertambah
3) Dengan problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam
situasi atau keadaan yang dihayati, diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam
altenatif
4) Menumbuhkan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan
cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara individual
maupun kelompok
5) Menentukan pilihan pemecahan masalah dan
keputusan
C. Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi Inti
(KI-1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;
(KI-2) Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif
dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia;
(KI-3) Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah;
(KI-4) Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
Kompetensi Dasar
2.4 Menunjukkan perilaku menghindarkan diri dari
pergaulan bebas dan perbuatan zina sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Isra’
(17): 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2, serta hadits terkait.
3.3 Menganalisis
Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2, serta hadits tentang
larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina.
Indikator :
- Menganalisis isi
kandungan Q.S.Al-Isra’ (17): 32, dan
Q.S.An-Nur (24): 2 tentang
larangan pergaulan bebas dan zina.
Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menganalisis isi kandungan
Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan
Q.S.An-Nur (24): 2 tentang larangan
pergaulan bebas dan zina.
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN PENDAHULUAN
- Guru dan siswa melaksanakan salam dan do’a
- Guru menampilkan
QS. Al-Isra’ (17): 32, dan)
wur
(#qç/tø)s?
#oTÌh9$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x.
Zpt±Ås»sù uä!$yur WxÎ6y
Q.S.An-Nur (24): 2
èpuÏR#¨9$# ÎT#¨9$#ur
(#rà$Î#ô_$$sù ¨@ä. 7Ïnºur $yJåk÷]ÏiB sps($ÏB
;ot$ù#y_
( wur /ä.õè{ù's?
$yJÍkÍ5 ×psùù&u
Îû ÈûïÏ «!$#
bÎ) ÷LäêZä.
tbqãZÏB÷sè?
«!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$#
( ôpkô¶uø9ur $yJåku5#xtã ×pxÿͬ!$sÛ z`ÏiB
tûüÏZÏB÷sßJø9$#
- Agar siswa termotivasi, guru menampilkan kartun MZPS tentang larangan pergaulan bebas dan zina (QS. Al-Isra’ (17): 32, dan
Q.S.An-Nur (24): 2)
- Dalam upaya menggali potensi yang ada pada diri siswa, guru
melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang Larangan
Pergaulan Bebas dan Zina.
- Agar siswa lebih berfikir menjurus ke topik larangan
pergaulan bebas dan zina, siswa diminta untuk mengajukan satu dari isi kandungan ayat di atas.
KEGIATAN INTI
-
Tahapan proses ini merupakan tahapan sains dimana siswa ditantang untuk
memberikan pengalaman-pengalaman dan pemecahan masalah dengan menggunakan video
MZPS.
-
Selanjutnya Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil.
-
Pada tahapan ini Siswa diberi waktu dan diminta untuk mengamati video
MZPS tentang larangan pergaulan bebas dan zina ( kandungan Q.S.Al-Isra’ (17): 32,
dan Q.S.An-Nur (24): 2).
- Selanjutnya siswa melalui diskusi
kelompok diminta untuk menganalisis permasalahan pada MZPS, terkait larangan pergaulan bebas dan
zina ( kandungan Q.S.Al-Isra’ (17): 32,
dan Q.S.An-Nur (24): 2 ).
Selama siswa melaksanakan
tugasnya, guru memberikan bimbingan dan arahan jika diminta oleh siswa.
-
Dalam upaya mencari solusi, siswa dibimbing untuk membuat pertanyaan yang
mengarah kepada solusi permasalahan.
-
Kemudian siswa diminta menyusun strategi
penyelesaian permasalahan.
-
Selanjutnya siswa diminta untuk
menyelesaikan permasalahan dan mengkomunikasikannya.
-
Guru melakukan evaluasi terhadap
siswa sejak kegiatan awal atau pendahuluan sampai kegiatan penutupan.
KEGIATAN PENUTUP
-
Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan akhir
mengenai problem dan pemecahan masalahnya, dimana hal ini merupakan barometer untuk
mengukur apakah hasil pekerjaan siswa itu tepat sasaran atau tidak.
-
Siswa diminta untuk memberikan kesan dan pesan serta umpan balik
selama proses
pembelajaran.
-
Guru merekomendasikan untuk pembelajaran berikutnya.
-
Secara bersama-sama Berdo’a dan mengucapkan hamdalah.
BAB IV
IMPELEMENTASI PENGEMBANGAN
DAN RENCANA PENYEMPURNAAN
Aplikasi MZPS (Muvizu in Problem Solving) merupakan salah satu media
pembelajaran yang relevan dengan metode Problem Solving dimana dengan
menampilkan MZPS ini siswa dapat
mengamati, mengidentifikasi, menganalisis dan mengkomunikasikan hasilnya
berdasarkan hasil olah fikir yang dimiliki siswa secara mendalam.
Aplikasi ini akan disosialisasikan kepada guru-guru khususnya GPAI melalui
MGMP PAI agar dapat berkembang dan diterima sebagai media pembelajaran favorit.
Karena MZPS ini dapat menyampaikan pesan dari berbagai segi misalnya dari
segi audio, visual, maupun audio visual, dapat membangkitkan peserta didik
untuk berfikir lebih mendalam, dapat membangkitkan peserta didik untuk dapat
menganalisis permasalahan, tergolong media yang menarik dimana karakter
kartunnya yang lucu, sehingga tidak akan mudah jenuh jika disajikan, dapat
melatih guru untuk melek ICT dan berkreasi lebih maju, dapat melatih
kreatifitas guru untuk menciptakan sebuah cerita yang sesuai dengan materi
pelajaran dan keadaan di jaman sekarang.
Sehingga pada akhirnya efek positif akan terjadi pada siswa dimana siswa
menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan dari rekaman kejadian
(video) kemudian menganalisisnya dan menemukan pemecahan masalahnya serta akhirnya
meneliti kembali hasilnya, tercapainya kepuasan intelektual siswa melalui
pemecahan masalahnya, potensi intelektual siswa meningkat, dan siswa belajar
bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
Insya Allah kedepan akan diadakan penyempurnaan dengan rencana sebagai
berikut :
1.
Peningkatan Keterampilan GPAI menggunakan aplikasi MUVIZU
2.
Peningkatan Keterampilan membuat skenario sesuai materi pembelajaran dan
menyenangkan.
3.
Peningkatan Sosialisasi kepada GPAI agar bisa diterima dan dipergunakan
BAB V
KESIMPULAN
Perangkat yang digunakan dalam pembelajaran adalah Software Program Muvizu
yang dapat menghasilkan sebuah produk MZPS atau kartun tiga dimensi.
Penggunaan software ini sangat cocok jika diterapkan pada metode
pembelajaran Problem Solving, dimana tahapan-tahapan pembelajaran melalui
metode problem solving dapat diaplikasikan dengan software ini.
Walaupun disamping kelebihan ada juga kekurangan-kekurangan diantaranya :
-
Perangkat ini tidak bisa dipraktekan apabila tidak ada perlengkapan ICT
seperti laptop dan infocus.
-
Tidak semua konten materi pembelajaran dapat disajikan dengan software ini.
No comments:
Post a Comment